Foto Selfie kini jadi tren dan fenomena baru di jagat maya khususnya
media sosial. Jutaan orang mengunggah foto narsis mereka dengan gaya di
depan cermin atau memakai kamera depan.
Fenomena Selfie sejurus dengan hadirnya gadget canggih yang dilengkapi dengan kamera depan. Saking populernya tren ini, pada bulan November lalu kata Selfie diumumkan Kamus Bahasa Inggris Oxford sebagai kata paling banyak dipakai tahun ini.
Mengapa Selfie Populer?
Dikutip dari Detik, menurut psikolog Diana Parkinson, Selfie adalah cara baru dalam berkomunikasi agar bisa diterima secara luas. Bagaimana cara menvisualisasikan dan menempatkan diri di komunitas.
Masih menurutnya, adalah sifat manusia yang terus mencoba untuk mencuri perhatian sesama khususnya lawan jenis. Fenomena ini sudah terjadi sejak zaman dulu. Jika orang pada masa itu memakai lukisan kini mereka gunakan foto.
Foto-foto Selfie kini membanjir di semua media sosial mulai Twitter, Facebook, Instagram, Path, dan lainnya. Jika diperhatikan, aksi memotret diri sendiri di depan kamera atau via kamera depan sejatinya sudah terjadi bahkan sebelum istilah Selfie muncul atau populer.
Resiko Selfie
Salma Prabhu, psikolog lain berpendapat jika aksi selain dilakukan untuk menarik perhatian juga untuk menambah kepercayaan diri dan tunjukkan ke khalayak seberapa keren mereka. Jika demikian maka tindakan ini miliki tingkatan lebih tinggi dibanding narsisme.
Namun aksi Selfie juga miliki resiko. Jika pengguna berharap Like dan komentar atas foto Selfie-nya, maka kepercayaan diri bakal meningkat. Akan tetapi jika tidak mendapat keduanya, bisa jadi kepercayaan dirinya bakal turun.
Fenomena Selfie sejurus dengan hadirnya gadget canggih yang dilengkapi dengan kamera depan. Saking populernya tren ini, pada bulan November lalu kata Selfie diumumkan Kamus Bahasa Inggris Oxford sebagai kata paling banyak dipakai tahun ini.
Mengapa Selfie Populer?
Dikutip dari Detik, menurut psikolog Diana Parkinson, Selfie adalah cara baru dalam berkomunikasi agar bisa diterima secara luas. Bagaimana cara menvisualisasikan dan menempatkan diri di komunitas.
Masih menurutnya, adalah sifat manusia yang terus mencoba untuk mencuri perhatian sesama khususnya lawan jenis. Fenomena ini sudah terjadi sejak zaman dulu. Jika orang pada masa itu memakai lukisan kini mereka gunakan foto.
Foto-foto Selfie kini membanjir di semua media sosial mulai Twitter, Facebook, Instagram, Path, dan lainnya. Jika diperhatikan, aksi memotret diri sendiri di depan kamera atau via kamera depan sejatinya sudah terjadi bahkan sebelum istilah Selfie muncul atau populer.
Resiko Selfie
Salma Prabhu, psikolog lain berpendapat jika aksi selain dilakukan untuk menarik perhatian juga untuk menambah kepercayaan diri dan tunjukkan ke khalayak seberapa keren mereka. Jika demikian maka tindakan ini miliki tingkatan lebih tinggi dibanding narsisme.
Namun aksi Selfie juga miliki resiko. Jika pengguna berharap Like dan komentar atas foto Selfie-nya, maka kepercayaan diri bakal meningkat. Akan tetapi jika tidak mendapat keduanya, bisa jadi kepercayaan dirinya bakal turun.
0 komentar:
Post a Comment